MTs Negeri Kota Sorong Selenggarakan Pelatihan Kurikulum Deep Learning dan AI bagi Guru

MTs Negeri Kota Sorong menggelar Pelatihan Pembuatan Perangkat dan Media Pembelajaran berbasis Kurikulum Deep Learning dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 17 hingga 19 Juli 2025, bertempat di Aula MTs Negeri Kota Sorong.

Pelatihan ini diikuti oleh 46 guru dari berbagai mata pelajaran, dengan tujuan meningkatkan kapasitas pendidik dalam merancang pembelajaran yang mendalam, adaptif, dan sesuai perkembangan teknologi pendidikan.

Kepala MTs Negeri Kota Sorong, Ibu Sitti Nurani Gomarbobir, menekankan pentingnya kesiapan madrasah dalam menghadapi era digital. Menurutnya, transformasi pendidikan adalah keniscayaan yang menuntut para guru untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Sitti Nurani juga menegaskan bahwa penguasaan teknologi serta inovasi dalam pembelajaran merupakan bagian penting dari visi madrasah.

“MTs Negeri Kota Sorong terus berbenah dan berinovasi. Kami mendorong para guru untuk memiliki literasi teknologi, kreatif dalam menyampaikan materi, serta mampu mengintegrasikan AI sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Ini adalah langkah menuju madrasah yang unggul dan relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kemenag Papua Barat, Rofiul Amri, secara resmi membuka pelatihan. Dalam keterangannya, ia menegaskan pentingnya menghadirkan paradigma baru dalam memaknai kurikulum—bukan sekadar sebagai kumpulan materi ajar, melainkan sebagai cara berpikir dan pendekatan pembelajaran yang harus terus disesuaikan dengan perkembangan zaman.
“Kurikulum itu adalah cara, bukan sekadar isi. Dengan pendekatan deep learning dan pemanfaatan teknologi seperti AI, guru bisa menghadirkan pembelajaran yang menggali pemahaman mendalam, bukan sekadar hafalan,” jelas Rofiul Amri.

Selain itu, Rofiul Amri juga memperkenalkan gagasan Kurikulum CINTA, yang menurutnya sangat tepat diterapkan dalam lingkungan madrasah.
“Kurikulum CINTA bukan tentang asmara, tetapi tentang bagaimana peserta didik mencintai madrasahnya — mencintai lingkungan, guru, proses belajar, budaya, dan nilai-nilai yang ada. Jika CINTA ditanamkan sejak dini, maka akan lahir kesadaran belajar tanpa paksaan, kedisiplinan tanpa pengawasan, dan prestasi tanpa tekanan,” tegasnya.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *